Festival Literasi Tebing Tinggi 2025: Panggung Kreativitas, Api Semangat Membaca Generasi Muda
Tebingtinggi Cerita– Di tengah derasnya arus digital yang kerap disalahkan sebagai biang keladi menurunnya minat baca, Kota Tebing Tinggi justru membuktikan sebaliknya. Pada Kamis, 23 Oktober 2025, Lapangan Merdeka berubah menjadi episentrum semangat literasi yang bergelora. Festival Literasi Tebing Tinggi 2025, yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Tebing Tinggi, bukan sekadar acara seremonial. Ia adalah sebuah pernyataan tegas: literasi hidup, berkembang, dan menemukan bentuk barunya dalam tangan generasi muda.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini dirancang sebagai sebuah ekosistem kreatif yang edukatif dan inspiratif. Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip, Amris Siahaan, dengan penuh semangat memaparkan alur festival. “Hari ini pembukaan, besok akan ada pembahasan seputar Hari Jadi Kota Tebing Tinggi, dan puncaknya diisi berbagai kegiatan yang menonjolkan kreativitas peserta,” ujarnya. Rangkaian acara ini menunjukkan pendekatan yang holistik, menghubungkan antara literasi dengan identitas kesejarahan kota dan ekspresi kontemporer.
Lebih dari Sekadar Perlombaan: Membangun Jejak Sebelum Puncak
Yang membedakan festival ini adalah komitmennya yang tidak instan. Sebelum pesta kreativitas di Lapangan Merdeka bergulir, telah dilakukan proses panjang yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Sejak Maret hingga September 2025, berbagai lomba digelar, menciptakan antusiasme yang bertahan selama berbulan-bulan.
“Lomba-lomba seperti Perpustakaan Terbaik, Video Konten Literasi, Resensi Buku Sekolah, dan Lomba Bertutur SD/MI sudah kami adakan sebelumnya. Penyerahan hadiah baru dilakukan hari ini, sebagai bagian dari apresiasi terhadap mereka yang berkontribusi dalam dunia literasi,” jelas Amris.
Baca Juga: Program MBG Tebingtinggi Digenjot, Pj Sekda Minta Belanja ke UMKM Lokal
Strategi ini cerdas. Festival bukan hanya tentang hari-H, tetapi tentang perjalanan panjang yang membangun kapasitas dan engagement. Lomba Perpustakaan Terbaik mendorong institusi pendidikan untuk menciptakan ruang baca yang menarik. Lomba Video Konten Literasi adalah pengakuan bahwa literasi di era digital membutuhkan bahasa baru—bahasa visual yang pendek, padat, dan powerful. Sementara Resensi Buku dan Lomba Bertutur mengasah kemampuan analitis dan komunikasi sejak dini.
Literasi di Era Digital: Dari Konsumen Menjadi Kreator
Salah satu pesan kunci yang digaungkan Amris adalah evolusi makna literasi. “Literasi kini tak lagi hanya soal membaca buku, tapi juga bagaimana generasi muda mampu mengubah pengetahuan menjadi karya dan inovasi,” tegasnya.
Pernyataan ini menangkap esensi zaman. Festival Literasi Tebing Tinggi 2025 memahami bahwa pemuda hari ini adalah digital native. Mereka tidak hanya dikonsumsi oleh media digital, tetapi juga harus didorong untuk menjadi produsen konten yang cerdas. Lomba video konten literasi adalah wujud nyatanya. Di sini, literasi digital tidak sekadar mampu mengoperasikan gawai, tetapi menggunakan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan virus membaca, berpikir kritis, dan berbagi ide.
Suara ini dibenarkan oleh salah satu pemenang, Aulia Khadafi. Dengan bangga ia berbagi, “Festival ini bukan hanya soal menang atau kalah, tapi tentang kesempatan untuk berkreasi dan berkontribusi. Kami, anak muda, merasa dihargai dan dilibatkan dalam membangun SDM yang unggul.”
Testimoni Aulia adalah bukti kesuksesan festival dalam menciptakan ruang aktualisasi. Ia dan ribuan peserta lainnya tidak hanya dilihat sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang aktif membangun peradaban literasi kotanya. Perasaan “dihargai” dan “dilibatkan” inilah yang akan menjadi bahan bakar berkelanjutan bagi gerakan literasi.












